Penulis: Farida Oetoyo
Edisi: Soft Cover
Halaman: 296
Bahasa: Indonesia
Harga: Rp 150.000,-
Sinopsis:
Sejak usia sembilan tahun Farida Oetoyo telah mengetahui pilihan
hidupnya: menjadi penari balet. Cita-cita ini kemudian ditempuhnya
dengan kerja keras dan perjuangan tak kenal lelah. Ia mempelajari balet
sampai ke berbagai negara seperti Australia, Belanda, Rusia, dan
Amerika. Negeri Tirai Besi Rusia dengan Akademi Balet Bolshoi-lah yang
kemudian membentuk karakter Farida menjadi penari yang tangguh. Di bawah
pendidikan dan disiplin ketat, Farida tumbuh menjadi balerina
berkarakter. Pada akhir masa belajar, Farida menyandang gelar Artist of
the Ballet dengan nilai cum laude tertera di ijazahnya. Ia pun membuat
bendera Merah Putih untuk pertama kalinya berkibar di Gedung Teater
Bolshoi, Moskow, pada pentas kelulusannya tahun 1965.
Ketika Farida kembali ke tanah air, banyak rintangan yang dihadapinya untuk mempopulerkan balet di Indonesia. Namun langkahnya tak surut. Ia menggelar berbagai pementasan dan mendirikan sekolah balet. Ia menyusun kurikulum pengajaran sekaligus menetapkan standar pendidikan balet di negeri ini. Puluhan koreografinya telah dipentaskan di panggung dalam dan luar negeri. Sikap kritis dan kegigihannya membela kesenian di Indonesia membuat Farida terpilih menjadi Direktur Gedung Kesenian Jakarta dan anggota Dewan Kesenian Jakarta. Bagi Farida, seni tidak akan maju tanpa manajemen yang profesional. Sampai akhir hayatnya, Farida membaktikan diri di Sumber Cipta, sekolah balet yang ia dirikan untuk melahirkan balerina-balerina baru yang andal.
Saya Farida sebuah autobiografi yang menuturkan kisah hidup Farida Oetoyo, seorang balerina terbesar, seorang maestro balet legendaris, yang dimiliki Indonesia.
Ketika Farida kembali ke tanah air, banyak rintangan yang dihadapinya untuk mempopulerkan balet di Indonesia. Namun langkahnya tak surut. Ia menggelar berbagai pementasan dan mendirikan sekolah balet. Ia menyusun kurikulum pengajaran sekaligus menetapkan standar pendidikan balet di negeri ini. Puluhan koreografinya telah dipentaskan di panggung dalam dan luar negeri. Sikap kritis dan kegigihannya membela kesenian di Indonesia membuat Farida terpilih menjadi Direktur Gedung Kesenian Jakarta dan anggota Dewan Kesenian Jakarta. Bagi Farida, seni tidak akan maju tanpa manajemen yang profesional. Sampai akhir hayatnya, Farida membaktikan diri di Sumber Cipta, sekolah balet yang ia dirikan untuk melahirkan balerina-balerina baru yang andal.
Saya Farida sebuah autobiografi yang menuturkan kisah hidup Farida Oetoyo, seorang balerina terbesar, seorang maestro balet legendaris, yang dimiliki Indonesia.
No comments:
Post a Comment